Menu Atas

Iklan

Selasa, 18 November 2025, November 18, 2025 WIB
Sejarah

Canang Kayu, Instrumen Tradisional Singkil yang Tetap Hidup di Tangan Generasi Muda

Iklan
alat musik tradisional canang kayu

ACEH SINGKIL  Upaya pelestarian alat musiktradisional Canang Kayu di Kabupaten AcehSingkil terus digiatkan oleh para seniman dan komunitas budaya setempat. 


Instrumen khas Singkil yang telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ini kembali diperkenalkan kepada pelajar melalui rangkaian kegiatan edukasi dan pertunjukan.


Dalam gelaran Ekspedisi Sungai Singkil 2025 yang diselenggarakan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh bersama komunitas lokal, para peserta—didominasi pelajar—mendapat penjelasan mengenai sejarah, fungsi, hingga teknik dasar permainan Canang Kayu.


“Kegiatan ini bagian dari ikhtiar kita menjaga keberlanjutan Canang Kayu sebagai kekayaan budaya Aceh Singkil,” kata Wanhar, budayawan muda yang juga Ketua Panitia Harmoni Canang Kayu Aceh Singkil, di Desa Lentong, Kota Baharu, Kamis, 13 November 2025.


Wanhar mendorong pemerintah daerah untuk ikut memberi ruang lebih luas bagi Canang Kayu, salah satunya dengan memasukkan instrumen tersebut ke dalam kurikulum pendidikan seni di sekolah. 


Menurutnya, pelajaran seni berbasis budaya lokal penting untuk memastikan warisan musik itu tetap hidup di masa mendatang.


“Kami berharap ke depan Canang Kayu dapat dipelajari mulai dari tingkat dasar hingga menengah,” ujarnya.


Revitalisasi dan Kekhawatiran akan Minimnya Minat Generasi Baru


Penggiat seni muda lainnya, Rafliansyah, yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut, mengatakan dirinya kini fokus memperkenalkan kembali Canang Kayu melalui pelatihan kecil, pertunjukan komunitas, hingga media digital.


Langkah ini dinilainya penting di tengah kekhawatiran menurunnya minat generasi muda terhadap instrumen tradisional.


“Pelestarian budaya harus bergerak mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan ciri khasnya,” kata Rafliansyah, Sabtu, 15 November 2025. Ia berharap edukasi yang dilakukan dapat memicu partisipasi publik lebih luas.


Menurut Rafliansyah, Canang Kayu telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Singkil selama puluhan tahun. 


Instrumen ini lazim dimainkan dalam kegiatan adat, hiburan rakyat, sampai upacara budaya. Selain sebagai media ekspresi seni, Canang Kayu juga menjadi simbol identitas masyarakat.


Proses Pembuatan yang Masih Mengandalkan Kayu Lokal


Canang Kayu umumnya dibuat dari bahan-bahan kayu khas Singkil. Ranting kayu cemara dipakai sebagai stik pemukul, papan kayu tentimah menjadi kotak resonator, sementara bagian canang dibuat dari kayu cuping-cuping atau ranting putih.


Upaya revitalisasi ini diharapkan menjadi pintu bagi kebangkitan kembali minat generasi muda terhadap seni tradisi. 


Para pelaku seni Singkil menilai keberadaan Canang Kayu bukan hanya warisan masa lalu, melainkan bagian penting dari identitas budaya yang perlu dijaga.

Close Tutup Iklan